Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

REMAHAN PEPES DAN AMPAS TERIGU

Satu persatu Rahmat Allah dari diri kita  akan dicabut pelan-pelan. Ada yang Rahmat yang dicabut berupa penglihatan yang mulai buram. Rambut yang mulai memutih. Rambut mulai rontok. Jantung mulai melemah. Urat dari tangan atau kaki yang menghubungkan jalur darah mulai tersumbat. Rahmat ingatan yang mulai berkurang. Penciuman. Gigi yang mulai tanggal. Tangan yang gemetar, langkah yang mulai tertatih. Pendengaran yang mulai berkurang. Segala Rahmat yang diberikan hari ini satu persatu akan dicabut kelak. Entah yang mana dulu yang akan dicabut. Lalu, pertanyaan selalu sama: Lalu amal apa yang sudah kita persiapkan? Sebelum satu persatu Rahmat itu dicabut dan kita benar-benar meninggal? Detak jantung yang berhenti. Otak yang tak lagi berfungsi. Dan tubuh pucat pasih. Allah juga akan mempertanyakan soal mata yang kita gunakan? Kaki yang kita ayunkan untuk melangkah ke mana? Jantung normal yang kita miliki bagaimana kita berlaku baik padanya? Pendengaran kita, dengar apa saja? Lisan kita, ng

DUA LIMA

Ia seperti ayahanda-nya, di usia 25, di negeri nan jauh di sana. Di antara padang-padang tandus, pohon-pohon kurma dan rumah-rumah berbentuk kubus itu. Kita sama-sama membaca. Dan terkadang pula mendengar kisah itu diceritakan dari mulut ke mulut, saat masih kecil di surau-surau, di musolah-musolah, dan di masjid-masjid; Bahwa Ia, Muhammad Al Alim, menikah di usianya yang ke-25. Ayahandanya pun demikian. Abdullah. Abdullah yang menikah dengan Aminah di usianya yang 25. Di kisahkan;  "Qutaylah yang cantik dan berkepribadian luhur itu telah dibuat jatuh hati pada pemuda bernama Abdullah--hingga ia menyampaikan isyarat hatinya kepada pemuda yang ia cintai tersebut: "Jadikan aku istrimu" ungkapnya. Tapi, Abdullah yang pemalu itu, mengatakan hal lain yang membuat Qutaylah terkaget; bahwa ia (Abdullah) akan menikahi Aminah. Seorang perempuan yang hari itu akan dinikahinya". Dan dari rahim Aminah, baginda nabi Muhammad lahir. Seorang pemuda yang akan tumbuh sebagai pemuda

Modal hidup kita sama, 24 jam sehari -

Entah kamu kaya, entah miskin. Modal hidup kita dalam sehari diberi sama oleh Allah, 24 jam. Gak lebih, gak kurang, semua sama. Entah yang lagi sakit, entah yang lagi sehat, tetap 24 jam. Pertanyaannya kemudian, dengan modal 24 jam itu kita bisa berlaku apa dengannya? Kita semua terikat dengan waktu 24 jam; dari detik, menit hingga berjam-jam, kita gunakan. Dalam dunia hewan semacam tikus, hidup bukan hanya soal terus bekerja! Tikus, dibatasi dengan umur yang hanya satu tahun. Setelah satu tahun hidup, tikus mengalami kematian. Selain tikus, semut rangrang lebih singkat lagi. Waktu yang diberikan kepada semut rangrang hanya tiga minggu, artinya tidak sampai sebulan hidup. Saat tiga minggu selesai, hidup semut rangrang pun ikut selesai. Selesai. Lalu ada juga makhluk Allah yang lain, Serangga air semacam pejantan Mayflies jauh lebih singkat lagi, mereka hanya hidup 25 jam. Hanya sehari. Sekali lagi hanya sehari. Lalu, pejantan Mayflies kemudian mati. Bayangkan hal berikutnya adalah kita

NABI IBRAHIM DAN SEORANG ATHEIS

Suatu hari, Nabi Allah Ibrahim kedatangan tamu yang tak dikenal. Seorang lelaki tua berumur 70-an tahun. Lelaki itu datang meminta makanan di rumah Nabi Ibrahim as. Namun, nabi Allah Ibrahim tak langsung memberi makanan kepada lelaki tua tersebut. Nabi Ibrahim bertanya kepada lelaki tua, "Apakah kamu mempercayai Allah?". Dengan cepat, lelaki itu menjawab bahwa dia ateis, tidak mempercayai Tuhan, tidak mempercayai Allah. Nabi Ibrahim menawarkan agar lelaki tua mengikuti Millah Ibrahim dan akan memberinya makan. Namun, lelaki tua tersebut enggan mengikuti dan memilih tidak meminta makanan dari Ibrahim dan pergi meninggalkan nabi Allah Ibrahim. Apakah kisahnya, berhenti di sini? Jawabannya tidak, Kawan. Seketika sesaat setelah Lelaki Tua itu pergi. Allah SWT menegur Nabi Allah Ibrahim, "Wahai Ibrahim, Lelaki Tua itu selama 70 tahun enggan untuk mempercayai Ku, namun Aku tetap memberinya makanan" kurang lebih begitulah redaksi Allah kepada nabi Ibrahim. Seperti tersadar

APA JADINYA BILA "GENERASI UZUR" DAN "GENERASI MALAS" MENDAPATKAN UANG KAGET

Perbedaan generasi Milenial dan generasi U (uzur) adalah cara pandang mereka tentang pengalaman. Generasi U, beranggapan bahwa pengalaman mereka mencari uang adalah pengalaman yang penuh kesulitan dan berdarah-darah. Sedangkan untuk generasi milenial, tak ada yang lebih menarik dari pengalaman jalan-jalan ke tempat-tempat yang lagi ngehits dan yang mereka suka di belahan bumi ini. Cara pandang mereka terhadap uang pun sangat jauh berbeda. Generasi U (Uzur), berasumsi bahwa uang yang banyak lebih baik ditabung untuk masa depan. Sedangkan untuk generasi milenial yang keseringan dianggap malas itu, sekali mendapatkan uang yang banyak (rezeki nomplok) mending dibelanjakan beli benda-benda kesukaan, semacam gawai yang baru dan pergi pelesiran ke luar negeri, lah wong mumpung dapat rezeki banyak--sekalian saja ke luar negeri, kapan lagi bisa ke keluar negeri, belum tentu nanti sudah tua bisa, mending sekarang ngegasnya. Pengalaman dua generasi ini membuat banyak perbedaan mereka tentang uang

KITA TAK PERNAH MELANGKAH SEJAK DALAM PIKIRAN SEPERTI HALNYA MUHAMMAD AL FATIH ATAUPUN WARREN BUFFETT -

Kita mungkin mengenal Muhammad Al Fatih dan Salahuddin Al Ayyubi sebagai tokoh besar Islam. Namun, berapa banyak dari kita yang mengetahui bahwa kedua tokoh ini, adalah penyuka buku-buku baik berbau sejarah, geografi dan sosial? Mereka tidak lahir begitu saja, Puan. Tidak. Mereka menghabiskan banyak waktu mereka dengan membaca. Sangat banyak. Sebelum melakukan sesuatu. Selain dua tokoh tersebut, kamu juga bisa melihat 10 orang kaya di Amerika dengan jenis buku apa yang mereka sukai. Mulai dari Mark Zuckerberg hingga Warren Buffett, mereka para penyuka buku. Buku yang mereka baca kemudian jadi inspirasi di hidup mereka. Jadi pijakan mereka. Jadi petunjuk jalan hidup mereka dan mengubah hidup mereka. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa baca di artikel ini ( APA BACAAN ORANG KAYA DI AMERIKA SIH? ) Di Indonesia, bila kamu perhatikan orang-orang semacam Deddy Corbuzier, Raditya Dika atau Marrisa Anita, kamu akan tahu bahwa kesamaan mereka adalah sama-sama penyuka buku. Bila Dari zaman jekpot sa

YANG MENYENANGKAN DARI PANDEMI

Pandemi datang dengan wajah muram. Sebagian orang menganggap bahwa pandemi jadi semacam batu besar yang menghalangi langkah mereka kedepan. Namun, sebagian yang lain beranggapan bahwa, pandemi itu semacam batu loncatan kita ke level yang jauh lebih cepat untuk sampai ke target yang kita mau. Ada yang beranggapan pandemi buruk dan ada yang beranggapan pandemi itu baik. Nah, saya sendiri melihat pandemi itu adalah hal yang baik. Setidaknya, ada cela baik yang di dapat dari kondisi pandemi yang buruk. Utamanya menyangkut tentang dunia kerja. Pandemi membuka peluang yang dulunya tertutup dan tak terlihat, akhirnya begitu jernih dan terang terlihat. Pandemi, bukan hanya batu, tapi juga katapel yang melejitkan. Peluang-peluang bisnis dan usaha bisa digeluti, bisa menghasilkan sesuatu. Dunia kerja, lebih banyak menyedot perhatian secara daring, bukan hanya terpaku dengan dunia nyata. Orang bisa punya pendapatan dari side job mereka di internet. Saya, pun mengalaminya. Setidaknya, setahun bela