Langsung ke konten utama

YANG MENYENANGKAN DARI PANDEMI

Pandemi datang dengan wajah muram. Sebagian orang menganggap bahwa pandemi jadi semacam batu besar yang menghalangi langkah mereka kedepan. Namun, sebagian yang lain beranggapan bahwa, pandemi itu semacam batu loncatan kita ke level yang jauh lebih cepat untuk sampai ke target yang kita mau.

Ada yang beranggapan pandemi buruk dan ada yang beranggapan pandemi itu baik. Nah, saya sendiri melihat pandemi itu adalah hal yang baik. Setidaknya, ada cela baik yang di dapat dari kondisi pandemi yang buruk. Utamanya menyangkut tentang dunia kerja.

Pandemi membuka peluang yang dulunya tertutup dan tak terlihat, akhirnya begitu jernih dan terang terlihat. Pandemi, bukan hanya batu, tapi juga katapel yang melejitkan. Peluang-peluang bisnis dan usaha bisa digeluti, bisa menghasilkan sesuatu. Dunia kerja, lebih banyak menyedot perhatian secara daring, bukan hanya terpaku dengan dunia nyata. Orang bisa punya pendapatan dari side job mereka di internet. Saya, pun mengalaminya. Setidaknya, setahun belakangan ini. Saya pun mendapat rezeki dari arah ini dari tempat ini. Dan yang terpenting, saya bisa kerja kapan saja, di mana saja dan tidak menyita banyak waktu. Lantas, apakah pandemi itu jelek? Tentu saja tidak demikian, kan?

Oh, yah. Dari kondisi pandemi juga, saya pun jadi tertarik dengan banyak hal. Beragam hal. Yang menurut saya bermanfaat. Salah satunya adalah menggeluti hobi baru. Masak misalnya. Untuk rubrik ini, saya mungkin akan membuat tulisan spesial untuk hal ini nanti.

Di balik hal-hal yang barangkali kita anggap jelek dari pandemi. Kita gak bisa kemana-mana dan hanya terpaut di satu kondisi saja. Alih-alih soal itu, saya melihatnya hal tersebut bahkan mengasikkan. Setidaknya kondisi ini, semacam pagar untuk membuat kita bebas berekspresi dan bisa berbuat bermacam-macam hal. Itu sebabnya yang dibutuhkan adalah kreatif. Dan pandemi, membuka diri kita jadi kreatif untuk beragam hal baik itu. Saya tentu bukan hanya membuka pintu berjualan buku online (Kafeinbuku) melainkan juga sedang membuka peluang bisnis lain, kopi sore di saat pandemi ini.

Jadi gimana, Lur. Masih mau bilang pandemi itu buruk? Atau kita yang kurang melihat peluang? -



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien