Langsung ke konten utama

DUA LIMA

Ia seperti ayahanda-nya, di usia 25, di negeri nan jauh di sana. Di antara padang-padang tandus, pohon-pohon kurma dan rumah-rumah berbentuk kubus itu. Kita sama-sama membaca. Dan terkadang pula mendengar kisah itu diceritakan dari mulut ke mulut, saat masih kecil di surau-surau, di musolah-musolah, dan di masjid-masjid; Bahwa Ia, Muhammad Al Alim, menikah di usianya yang ke-25.

Ayahandanya pun demikian. Abdullah. Abdullah yang menikah dengan Aminah di usianya yang 25. Di kisahkan; 

"Qutaylah yang cantik dan berkepribadian luhur itu telah dibuat jatuh hati pada pemuda bernama Abdullah--hingga ia menyampaikan isyarat hatinya kepada pemuda yang ia cintai tersebut: "Jadikan aku istrimu" ungkapnya. Tapi, Abdullah yang pemalu itu, mengatakan hal lain yang membuat Qutaylah terkaget; bahwa ia (Abdullah) akan menikahi Aminah. Seorang perempuan yang hari itu akan dinikahinya".

Dan dari rahim Aminah, baginda nabi Muhammad lahir. Seorang pemuda yang akan tumbuh sebagai pemuda yang pemalu, murah senyum, sholeh, baik hati dan juga amanah, hingga penduduk Mekkah memberi gelar Al Amin, yang dapat dipercaya, kepadanya yang usianya pada saat itu hendak menginjak 25 tahun.

Apakah kau telah menjadi lelaki pemalu, seperti Abdullah dan Baginda Muhammad, di usia 25 tahun? sebuah usia krusial dalam hidup kita!

(catatan: tulisan ini dibuat saat, 21 Juli 2016) -



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka