Langsung ke konten utama

3 HIKMAH DARI KELAMAAN DI RUMAH: PELAJARAN DARI WORK FROM HOME

Setahun di rumah adalah hal yang menyenangkan. Setidaknya ada beberapa aktivitas yang berubah drastis dan hal itu tentu sangat menyenangkan dan harus disyukuri. Atas dasar itulah, kemudian saya membuat tulisan ini, ihwal hikmah dari keseringan di rumah atau kebanyakan tinggal di rumah.

Oke, untuk tidak membuang banyak waktu, berikut tiga hal yang harus disyukuri dari hikmah keseringan di rumah:

1) Bisa belajar masak.

Kita sepakat bahwa tidak banyak orang punya banyak waktu luang dan bisa menuangkan waktu luang buat masak, atau lebih tepatnya belajar masak. Mungkin dengan berada di rumah dan punya banyak waktu di rumah bisa menghantarkan kamu menemukan hal-hal baru, hobi baru dan mungkin masak, belajar masak adalah salah satunya.

Wait, wait, wait ... Bagaimana dengan cowok? Apakah cowok juga bisa belajar masak? Ok, gini lho. Masak itu bukan melulu kerja yang orientasinya melulu soal pekerjaan perempuan. Tidak! Percayalah, banyak lho koki-koki handal dan masakannya enak itu dikerjakan oleh seorang cowok. Kamu pikir yang kerja di hotel, di restoran, rumah makan, yang pegang panci, wajan, dan bumbu masak itu cewek? Hallo! Tidak selalu demikian, Ferguson. Jadi please, jangan berpikir memasak melulu soal kerja-kerja cewek. Tidak seperti itu!

2) Punya waktu buat Membaca, menonton.

Dengan lebih banyak waktu luang di rumah, itu artinya kamu bisa punya waktu buat membaca buku kesukaan kamu, ataupun menonton film-film kesukaan kamu yang mungkin saat kamu kerja gak sempat kamu nonton dan baca. Ini mungkin saatnya kamu bisa lebih menikmati dunia baca dengan lebih santai di kala pagi setalah masak, setelah mandi, setelah sarapan. Bayangkan kamu dengan buku di beranda rumah, ada sirup di samping kamu sebagai penghilang dahaga, dan matahari pagi yang tampak di pekarangan, kamu asik membaca buku, novel yang menggugah hari-hari mu. It’s beautiful moments

3) Punya banyak waktu istirahat

Yups, sudah menjadi kodratnya bahwa waktu paling berharga adalah saat-saat punya banyak waktu untuk beristirahat yang lebih panjang. Kamu, bisa memaksimalkan istirahat tersebut dengan sebaik-baiknya. Coba bayangkan, banyak orang diluar sana yang berkeinginan tidur siang, tapi sama sekali tidak bisa. Lah, kamu, diberikan kesempatan tersebut, kok tidak memanfaatkannya sih?

Bonus:

Selain ketiga hal di tersebut, saya beri masukan nih. Dengan punya banyak waktu luang di rumah. Kamu bisa menggeluti hobi baru selain memasak. Mungkin juga bikin kebun kecil di pekarangan rumah. Atau berbisnis kecil-kecilan yang semua orientasi pekerjaannya tidak mengharuskan kamu keluar rumah. Coba deh, kamu lakukan.

Semoga 3 hikmah dari keseringan di rumah bisa bikin kamu makin memaksimalkan waktu, yah!


Catatan: 

Tulisan ini bisa kamu baca di Medium.com/MuhammadAliSejarah 

Penulis adalah CEO Kafeinbuku (sebuah toko buku online, yang menyediakan buku-buku bertema sejarah, budaya dan novel)

Selain di Bastorydolo, tulisan-tulisannya yang lain bisa kamu baca di Pigurafilm (Untuk ulasan film) dan tulisan artikel ringan di Kompasiana.com/MuhammadAli







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka