Langsung ke konten utama

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah direncanakan bahkan pada tahun 1024 di Inggris oleh para "tukang emas" Yahudi.

Ramalan tentang uang non tunai telah pula dihembuskan Robert Kiyosaki (penulis buku rich dad and poor dad) yang melihat bahwa uang non tunai alias uang digital akan merusak sistem keuangan banyak orang. Orang akan sangat dengan mudah membelanjakan uang digital yang dimilikinya untuk membelanjakan ini dan itu hanya dalam satu genggaman. Dan itu, bagi Robert adalah cara terbaik merusak mental kaya. Sistem uang non tunai, setidaknya mendorong banyak orang untuk lebih boros lagi dan tak bisa disangka-sangka akan muncul pinjaman digital yang akan menambah pelik rantai ekonomi yang semakin susah lepas dari lilitan hutang dan ancaman ekonomi yang buruk di masa depan.

Meski pandangan Robert masih hanya soal mental atau kebiasaan kita yang akan mengalami perubahan yang signifikan dengan kehadiran uang digital. Pandangan ihwal uang digital, lebih kepada pandangan Lucifer yang menyodorkan kisah-kisah apa dan bagaimana perjalanan uang yang bentuk terakhir dari bentuk uang adalah munculnya uang dalam bentuk digital. Lucifer, menyebutkan bahwa bentuk evolusi uang dari semula berupa transaksi barter, batu, kerang, manik-manik, kayu dan logam utamanya Emas dan Perak, logam perunggu dan kertas, hingga nanti uang digital.

Lucifer menyebutkan bahwa bentuk uang digital, telah direncanakan oleh para Yahudi saat membuat sebuah sistem keuangan yang akan digunakan dunia dengan sangat sistematis pada 1024 di Inggris.

Untuk apa uang digital hadir?

Lucifer menyebutkan bahwa kehadiran uang digital menandai satu era baru dari perjalanan manusia. Fungsi dari hadirnya uang digital adalah mengantikan uang kertas yang dianggap mulai kuno dan ribet dalam pembelanjaan. Selain itu kata, Lucifer bahwa munculnya uang digital merupakan bentuk reset keuangan dunia yang dianggap uang kertas yang hari ini beredar bisa ditanggulangi oleh segelintir orang di luar serikat. Lucifer menyebutkan bahwa uang digital adalah bentuk restart dari pengendalian keuangan dunia baru. Saat hari ini seseorang memiliki banyak kerang-kerangan yang berabad-abad lalu menggunakan sebagai satuan nilai untuk membeli sesuatu, pada hari ini, kerang-kerangan itu sama sekali tak berarti apa-apa. Begitu pula dengan nasib uang kertas di masa depan. Sama sekali tak punya arti apa-apa saat uang digital telah menjadi satuan nilai tukar yang digunakan masyarakat dunia.


Dalam bukunya, Lucifer sendiri menyebutkan bahwa manifestasi dari uang adalah hutang. Dan bank, bagi Lucifer adalah alat yang mendistribusikan hal tersebut. Lantas, bagaimana dengan bentuk hidup dengan uang digital? Jawabannya adalah pola hutang tidaklah mengalami perubahan. Begitu pula dengan bank. Secara esensi tak berubah namun secara fisik mungkin berubah dengan lebih sesuai dengan zamannya, yakni digital -

— — — — — —

Catatan: tulisan ini bisa kamu baca di Medium si penulis merupakan seorang blogger yang tulisan-tulisannya bisa kamu baca di Bastorydolo (untuk isu ekonomi), Kompasiana/MuhammadAli (untuk isu tentang masa lalu dan sosial).  




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka