Langsung ke konten utama

Mobutu Sese Seko: SI RAJA HUTANG DARI ZAIRE -

 

Mobutu Sese Sako merupakan sosok menarik untuk diambil pelajaran. Setidaknya Joseph Hanlon mencatat bahwa Mobutu merupakan presiden Zaire yang sangat kaya, ia memiliki kekayaan sekitar 10 Milyar USD pada 1971-1988 dan memiliki istana-istana mewah di Eropa dan daerah-daerah tertentu di Zaire. Kekayaan Mobutu diperoleh dari beragam hal, namun yang menarik adalah dia berhutang untuk menumpuk kekayaannya tersebut. Zaire masuk dalam kategori dunia selatan yang sangat susah. Bahkan dalam laporan Internasional menyebutkan bahwa 40ribu orang mati per harinya atau setara dengan 1700 orang per jam di dunia Selatan (Afrika Selatan). Sekitar 85-90 persen mati karena kelaparan. Dan Zaire masuk dalam lingkaran merah kematian ini.

Pada 1978, IMF mengutus Edwin Blumenthal untuk menjabat di Bank Sentral di Zaire. Namun, dua tahun setelahnya, Blumenthal mengundurkan diri dan menulis laporan bahwa Zaire tidak akan pernah mungkin bisa membayar hutang-hutangnya kepada IMF. Setelah laporan tersebut dirilis, IMF, malah menggelontorkan dana besar-besaran kepada Zaire untuk keluar dari krisis pangan di sana. Dengan mental "ngutang" Mobutu telah mengantongi 5 Milyar USD, saat Mobutu meninggal pada 1988, hutang Zaire telah mencapai 13 USD. Tujuh tahun setelah laporan Blumenthal, Barat sudah begitu paham arah sejarah di masa depan dengan menggelontorkan bantuan sebanyak-banyaknya berupa pemberian hutang kepada Zaire. Mereka tahu bagaimana mental orang-orang di sana, mereka tahu langkah mereka kemana.

Selain masalah KKN yang menggurita di Zaire, nyatanya Zaire mengalami banyak pergolakan politik dan militer yang tak main-main. Pembantai bahkan ada indikasi genosida yang dilakukan rezim Mobutu terhadap beberapa etnis yang memberontak terhadapnya dilenyapkan dengan cepat. Entah, mengapa, sebuah negara yang kental dengan KKN selalu berlaku hal yang sama. Membunuh, pemberontakan dan aksi kekerasan lainnya yang dilakukan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. 

Mobutu Sese Sako adalah sosok menarik. Satu dari sekian banyak pemimpin dunia yang membiarkan negaranya masuk jurang bersama masa depan negara mereka. Sesuatu yang cukup menyedihkan. Zaire selepas Mobutu meninggal, negara tersebut masih mengalami gejolak politik dan militer yang menakutkan. Zaire kemudian diubah namanya menjadi Republik Dominic Kongo. Sebuah nama, yang dulu digunakan negara itu jauh sebelum Mobutu kemudian menggulingkan pemerintahan negara tersebut dan menggantinya menjadi Zaire

Bila kita membawa kasus Mobutu Sese Sako dalam skala yang lebih kecil, misalnya hutang di rumah tangga. Maka kita sudah bisa membayangkan budaya hutang dan hedonisme dalam sebuah rumah tangga biasa saja merusak masa depan. Dan menjadikan sebuah rumah tangga seperti halnya kisah Mobutu Sese Sako, sebuah keluarga kecil yang masih menyusahkan hutang saat meninggal dan sanak keluarganya harus membayar mahal sebuah tindakan bodoh tersebut -

------------------------

Untuk pemesanan buku-buku menarik. Kamu bisa menghubungi:

Facebook: La Songko 

WA: 0812-4830-1820

IG: Kafeinbuku



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien