Langsung ke konten utama

DI KASIH 1 MILIYAR CUMA-CUMA

Yang membedakan Abdurrahman bin Auf, Bill Gates, Mark Zuckerberg, Warren Buffett dengan kita, adalah pengetahuan tentang bagaimana uang bekerja. Misalkan kita diberi uang 1 Miliyar, pertanyaan kepada kita: Uang tersebut habis di bulan ke berapa?. Sedangkan, orang-orang di atas, kita kasih nol uang mereka, pendapatan mereka, brankas mereka, tabungan mereka, harta benda mereka, sekarang. Kira-kira pada tahun ke berapa uang mereka akan jadi 1 Miliyar?

Cara berpikir kita dan mereka soal uang itu berbeda. Sangat jauh berbeda. Kita memikirkan kapan habis, sedangkan mereka berpikir kapan bertambah. Dan rasanya, dengan pengetahuan soal uang yang mempuni, kemungkinan besar, dikasih nol pun uang merea, brankas mereka tabungan dan semisalnya pun, tetap saja akan bertambah. Sedangkan kita, diberi 1 Miliyar, 2, 3 bahkan 1 Triliun pun tatap saja akan habis dengan cepat. Pertanyaan: Mengapa bisa begitu?

Mental, mindset dan pengetahuan yang membuat Abdurrahman bin Auf, Bill Gates, Mark Zuckerberg, Warren Buffett berbeda dengan orang pada umumnya. Mereka tidak disibukkan dengan melihat prestise orang lain, mereka tidak sibuk untuk mengurusi orang lain hingga kelak saat melihat kepemilikan benda entah emas, berlian, rumah yang besar, mobil yang mewah, tak lantas membuat mereka iri, dengki dan cepat-cepat ingin juga memiliki yang sama. Gak. Mereka, tetap berfokus dengan kerja mereka, berfokus mengurusi inovasi dan pengetahuan mereka. Sedangkan orang kebanyakan, akan berpacu dan berlomba-lomba untuk menyala diri mereka dengan orang lebih kaya di antara mereka, kepengen terlihat kaya, mentereng, keren dan apalah itu. Pengen show up. Pengen nunjukin kalau kita kaya, tajir melintir, sultan. PretTttt...

Itulah sebabnya, berapapun uang yang diberikan kepada kita, akan habis, hangus dan ludes diterbangkan angin puting beliung bernama belanja. Berapapun uang yang diberikan secara cuma-cuma kepada kita, toh akan habis juga. Kalau perlu, hutang adalah solusi jatmika.

Tetap semangat, jaga kesehatan dan jangan lupa bersyukur



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka