Langsung ke konten utama

KIAT SUKSES MENGHENTIKAN PELAKU BULLY: Om Rudini



Bully, bullying atau ngebully telah begitu akrab dengan kehidupan kita. Tak jarang kebiasaan membully tersebut membuat kita agak kurang enak dan sangat merasa terintimidasi. Nah, untuk menjawab bagaimana agar setidaknya bully berhenti, Om Rudini memberi kita jalan keluar agar si pembully berhenti melakukan tindakan bullying kepada kita.

Kemarin, di mushola kecil ba'da Dzuhur, Beta dan Rudini cerita banyak hal. Soal uang, kerja dan bully. Bagi Rudini, dua alasan mengapa budaya bully terjadi. Pertama dikarenakan adanya budaya pembiaran kepada si tukang bully yang dengan sesuka hati melakukan bullying. Di lain sisi, Kita selaku objek bully cenderung menerima kekerasan verbal tersebut dengan senyum. Kita cukup "lapang dada" dengan aksi-aksi bully tersebut. Pembiaran itu melanggengkan bully tumbuh dengan sangat subur. Lalu yang kedua, karena kita tidak tampar mulut yang melakukan bully tersebut. Saat seseorang melakukan kejahatan verbal, dengan menindas kita lewat kata, mengapa kita gak menampar, memukul dan menginjaknya? Balas kekerasan verbal dengan tindakan memukul, menampar dan menginjak adalah cara dimana kita melindungi diri, bukan membiarkan kekerasan verbal hantam kita terus-menerus.


Apa yang disampaikan Om Rudini dalam benak Beta, cukup masuk akal. Bila kita mengibaratkan tukang bully itu seperti halnya seekor anjing. Maka, kebiasaan anjing itu suka sekali menggonggong. Cara menghentikan anjing menggonggong cuma dua, usir dia dengan suara jauh lebih keras. Atau gertak anjing tersebut agar menjauh. Setali dua uang dengan para pembully. Sesekali melakukan tindakan kekerasan pada mereka adalah wajib. Gak usah takutlah melawan para anjing-anjing itu. Mereka memang pantas mendapatkannya,dan pembully barangkali memang seekor anjing pengganggu yang suka menggonggong.



Pertanyaan berikutnya adalah, apakah efektif melawan anjing, eh maaf, maksudnya pembully dengan kekerasan? Jawabannya tentu saja efektif, setidaknya si anjing, eh lagi-lagi maaf, maksudnya si pembully, akan sedikit menyadari bahwa objek yang dia bully gak suka dengan apa yang telah dia lakukan. Dan mulai saat itu, si anjing, aduh, lagi-lagi salah ngomong, maksudnya si pembully itu, akan berpikir dua kali untuk melakukan tindakan bodoh tersebut ke kamu lagi.


Lakukanlah makian ke mereka, bila memungkinkan (dan harus memungkinkan) kekerasan dibolehkan dan jangan lupa bahagia saat melakukan hal baik itu. Anjing yang mengganggu memang harus diusir jauh-jauh, bukan!
Keep healthy and be yourself -

ooOoo


Catatan: Meski Om Rudini memberikan 2 solusi. Sebagai seorang yang menulis artikel ini, Beta hanya memberi satu kiat sukses untuk menambah kiat sukses menghentikan bully. Yakni, jadilah sukses di bidang yang kamu geluti. Kelak, saat kamu sukses pada bidang tersebut, di saat itulah kamu datangi tukang bully itu dan ceritakanlah kisah bully dia padamu dulu. Lantas tutup deng kata sederhana ala Gus Dur:
"Aku sudah memaafkan. Namun untuk melupakan perbuatan keji itu, nampaknya tidak" -


Salam hangat, Muhammad Ali a.k La Songko




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien