Langsung ke konten utama

KISAH PENGEMIS DI ZAMAN NABI

Suatu hari seorang pengemis mendatangi Rasulullah dan meminta kemurahan nabi sebab dirinya tak memiliki uang. Pengemis ini telah menjadikan tindakan mengemis sebagai profesi kesehariannya. Melihat hal itu, nabi bertanya kepada si pengemis, "Wahai Fulan, Mengapa engkau mengemis?" Lantas si pengemis itu menjawab "sebab aku tak memiliki apa-apa dan tak memiliki uang seperti kebanyakan orang yang bisa membeli ini dan itu untuk keluarga mereka"


Mendengar hal tersebut, nabi bertanya lagi "adakah sesuatu di rumahmu?"

"Aku tak memiliki apapun ya, Rasulullah, kecuali sehelai kain dan satu bejana tua"

"Kalau begitu bawalah dua buah benda tersebut kemari" katanya nabi.

Tak lama setelah itu, si pengemis datang kepada nabi dan membawa dua benda tersebut. Melihat hal itu, nabi lantas berdiri dan melelang dua benda tersebut

"Siapa yang mau membeli kain dan satu bejana ini?" Tanya nabi

Salah satu sahabat menjawab "aku ya, Rasullullah, aku membelinya dengan satu dirham"

"Apakah ada yang lain! Yang berani menawar di atas itu?"

"Aku ya, Rasullullah, aku menawarinya dua dirham!" Kata salah seorang yang tak jauh dari nabi.

Mendengar hal tersebut nabi lantas memberi dua benda tersebut kepada orang yang menawarkan dua dirham untuk benda itu. Nabi juga memberikan dua dirham tersebut kepada si pengemis

"Wahai Fulan, ambillah satu dirham ini untuk membeli makanan kepada keluarga mu. Dan ambillah satu dirham lagi untuk membeli mata kapak, belilah dan bawalah kemari" kata Rasulullah kepada si pengemis.

Tak lama setelah itu, si pengemis datang dengan membawa mata kapak. Dan Rasullullah menancap kayu pada mata mata kapak tersebut, hingga terlihat sebagai kapak yang kokoh.

"Wahai si Fulan. Ambillah kayu bakar dan juallah. Jangan engkau datang kemari sebelum 15 hari" kata nabi.

Waktu berselang, si pengemis tersebut datang lagi setelah 15 hari berlalu. Melihat si pengemis tersebut, nabi bertanya;


"Bagaimana, wahai si Fulan?"

"Wahai Rasulullah, setelah 15 hari, kini aku telah memiliki tabungan 10, dirham"

Mendengar hal itu, Rasulullah tersenyum.


Apa pelajaran yang bisa ambil dari kisah ini? Tentu masing-masing dari kita bisa membawa pulang banyak ilmu, namun yang terpenting dari kisah ini adalah bagaimana Rasulullah mengajarkan bahwa mengemis bukan satu-satunya jalan seseorang untuk mendapatkan uang.

Apapun masalah keuangan mu, jangan lupa untuk mencari yang halal -

------------

Penulis merupakan seorang pedagang buku di Kafeinbuku 

------------






Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien