Langsung ke konten utama

DO'A NABI SETELAH MENINGGALNYA SANG PELINDUNG NABI; ABU THALIB -


Suatu hari, Ali bin Abu Thalib datang kepada nabi dan mengabarkan kematian ayahnya.

"Ya, Rasulullah, ayahku meninggal"

"Pulanglah dan kuburkan dia"

"Tapi dia seorang musyrik, ya Rasulullah!"

"Pulanglah dan kuburkan dia. Dan janganlah kamu melakukan apapun setelah menguburkannya kecuali mandi usai menguburkannya. Maka datanglah kepadaku kemari"

Mendengar hal itu, Ali pun pergi menguburkan jenazah ayahnya bersama keluarga yang lain. Setelah itu, dia mandi dan tak berbicara dengan siapapun, tak melakukan apapun kecuali mendatangi nabi dikediamannya.

Saat sampai di rumah nabi, nabi sedang berdo'a. Mendo'akan ayah Ali. Mendengar do'a-do'a nabi, Ali agak tidak menyukai do'a-do'a tersebut.

--------------

Pada fragmen yang lain. Suatu hari, paman nabi meninggal, pelindung nabi, penjaga nabi, pembela nabi; Abu Thalib. Meninggal dalam keadaan masih musyrikin. Belum memeluk Islam. Setelah beberapa kali, membimbing Abu Thalib untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, namun kemudian dicegat oleh pembesar-pembesar yang lain. Tubuh Abu Thalib begitu terkulai lemas di pembaringan dalam keadaan sakit.

Dengan mata yang sembab, Rasulullah balik ke rumah dan mendo'akan kelapangan hidup Abu Thalib. Dan mendapatkan kemurahan ampunan, kebaikan di surga.

Tak lama setelah itu, wahyu Al Qur'an pun turun, "Sungguh engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi. Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Dia mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk".

Saya rasa, kamu pun bisa memetik hikmah dari kisah di atas -

---------------

Penulis merupakan seorang pedagang buku di Kafeinbuku. Tulisan yang lain, bisa kamu baca di Pigurafilm 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka