Langsung ke konten utama

NASEHAT KANJENG NABI UNTUK PARA JURU MASAK YANG MAKANAN SELALU LEZAT -

Suatu hari Nabi bersabda bahwa bila kamu memasak dan aroma masakan mu terhirup dan masuk ke rumah tetanggamu, hendaklah kamu memberikan sebagian dari masakan mu itu ke tetangga mu yang terusik tersebut. Pun juga disebutkan oleh Kanjeng Nabi, bila kamu memasak hendaklah perbanyak kuahnya dan jangan lupa berikanlah sebagian masakan mu itu untuk dicicipi tetangga-tetangga mu biar pun hanya sedikit adanya.

Dari dua ucapan nabi itu adalah nasehat yang diucapkan nabi  untuk para juru masak yang jago memasak yang selalu ada di baris dapur, siapapun itu. Seolah, nabi mengajak mereka yang masakannya bikin ngiler itu, untuk berbagi kebahagiaan kepada tetangga. Masakan mu yang enak itu (Dan semoga demikian adanya) hendaklah diberi sebagain kepada tetanggamu yang liurnya sudah menetes saat mencium aroma kelezatan dari kuwali penggorengan mu. Duhai si Jago merah, OpsSss salah, duhai si jago masak; Berbagilah!

Masakan yang tercium aromanya, dan memperbanyak kuah saat membuatnya. Adalah cara bagaimana makanan bukan hanya dinikmati oleh mereka yang berkecukupan. Melainkan pula, bagi mereka para tetangga dan sanak keluarga untuk merasakan masakan yang telah dibuat.

Masakan dan makanan bukan hanya enak disantap oleh kita, namun juga bisa jadi ladang amal untuk mereka yang suka berada di garis dapur untuk bersedekah makanan. Bukankah hal baik tersebut sangat indah dilihat? Bukankah saling berbagi masakan adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat? Bayangkan bila tetangga mu adalah ahli ibadah yang miskin, dan kamu memiliki kesempatan untuk membagikan masakan mu pada hari itu untuknya beribadah. Atau tetangga mu adalah ahli maksiat, namun karena kebaikan mu memberi masakan kepadanya, kebaikan mu tersebut jadi musabab dia kemudian mencicipi nikmatnya sedekah dan membuatnya taubat, atau paling tidak menolongnya hari itu juga untuk kelangsungan hidup dia hari itu!

Jangan lupa masak, jangan lupa berbagai secukupnya 😁

------------------

Penulis merupakan pedagang buku online di Kafeinbuku. Tulisannya yang lain bisa kamu baca di Pigurafilm.

------------------



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka