Langsung ke konten utama

MENGAPA SEKOLAH ONLINE ITU MENGASIKKAN -

Katanya sekolah online itu gak enak! Wah, siapa bilang?. Saat kamu lagi main di pantai pada waktu yang sama kamu bisa sekalian ikutan kelas sekolah online. Saat kamu lagi naik pohon kedondong, kamu masih bisa ikut kelas online di atas ranting pohon kedondong. Saat kamu lagi naik gunung dan ada di puncak gunung, kamu masih bisa sekolah online. Saat kamu lagi jalan-jalan ke pulau lain, pada saat yang sama kamu bisa sekolah online. Sayangnya, gak semua orang menikmati sekolah online 🤣🤣 sekolah online sebenarnya sesuatu yang menyenangkan sebenarnya, bila sudah ada pada level belajar mandiri 🙈🙈 kamu masih bisa bermain sekaligus masih bisa ikutan sekolah. Kamu masih bisa ngepantai, disaat yang sama masih bisa sekolah, sebenarnya. Life is beautiful with Online School 🤣🤣🤣

Sekolah online, rasanya memang sangat nikmat bagi mereka yang di dalam dirinya ada jiwa petualang dan tahu mau kemana arah melangkah, di dalam hal ini kamu sudah ada di level mandiri, Sekolah online cuma cara untuk melejit lebih jauh, lebih sigap dan gak mengurangi siapa kamu. Sayangnya, untuk membaca hal itu, gak semua orang (termasuk mahasiswa, bukan hanya anak sekolah level SMP dan SMA) yang sadar akan hal itu.

Kalo disuruh milih sekolah online atau offline, i choose online school. Why? Because i know what i'm doing 😁 kita, yang mengeluhkan sekolah harus tatap muka, biasanya punya masalah yang jauh lebih besar, bukan hanya sekadar sekolah, melainkan tentang problem rumah tangga dan memang kita gak pernah disiplin soal sekolah sejak dulu, makanya saat sekolah online hadir tiba-tiba, kita seperti tersiram air panas. Kagetan. Karena proses belajar kita, bukan proses level belajar mandiri. Tapi disuruh belajar dulu baru mau belajar. That's our problem. Di suruh baru melakukan, bukan sebaliknya gak harus di suruh tapi sudah tahu harus melakukan apa! 🤣🤣🤣

Sekali waktu seorang sahabat pernah mengutarakan pendapatnya tentang sekolah online, bagi dia sekolah online merusak cara belajar dan menyulitkan banyak pihak. Mendengar hal itu, tentu i was giggled after listen it. Lalu Beta bilang "Sadar gak, kalo semacam ruang guru, menggunakan kesempatan online untuk melihat peluang kalo belajar itu gak harus di sekolah yang tatap muka? Kita bisa mengejar belajar bahkan dari dalam kamar atau bahkan outdoor". Zaman berubah, belajar mandiri adalah cara cepat untuk tahu sesuatu. So wanna about you? 

-----------------

Penulis merupakan seorang pedagang buku online di Kafeinbuku. Tulisannya yang lain bisa kamu baca di Pigurafilm Kompasiana dan Medium.

-----------------



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka