Langsung ke konten utama

TIMELINE UNTUK KAYA

Lee Khasing bukan orang cerdas saat dia masih sekolah, bahkan dianggap orang bodoh di Singapura. Namun, nasibnya kemudian berubah 180°. Lee, bukan hanya dianggap jenius di bidang ekonomi dan bisnis, melainkan pula dia masuk dalam daftar orang Singapura terkaya di negara tersebut dan masuk dalam daftar orang-orang berplat emas di benua Asia.

Lee tidak sendiri, setidaknya waktu telah membuat banyak orang kemudian berubah nasibnya yang dulu bukan apa-apa lantas suatu hari bisa menjadi apa-apa. Pendiri Alibaba.com, Jack Ma, pernah mengatakan bahwa "saat kamu masih hidup miskin, kata-kata mu tak akan pernah didengar oleh siapa pun di dunia ini. Namun saat kamu kaya, mentereng, bermandi uang kertas, orang-orang yang tidak pernah kamu kenal kemudian akan mengutip ucapan mu, dan menganggapnya berharga, berarti, bermakna"
Kita tidak bisa dengan cepat menghakimi seseorang dengan kata buruk, miskin--hingga pada suatu saat sesuatu terjadi padanya dan hidupnya berubah. Dan bukankah banyak orang di dunia ini yang kemudian hidupnya berubah hanya karena sesuatu di masa lalu? Timeline atau masa adalah waktu di mana seseorang akan mengalami perubahan-perubahan hidup yang diarunginya. Timeline kemudian membuat seseorang lantas berubah cara pikir dan cara pandangnya.

Setiap orang punya timeline untuk kaya. Ada yang di usia 20-an tahun semacam Mark Zuckerberg. Ada yang usia 30 tahun seperti, Steve Jobs. Ada yang baru kaya di usia 40-an semacam Warren Buffett. Atau mungkin di usia 60-an semacam kolonel Sanders. Di umur berapapun itu, semua hanya perkara waktu. We know what we do, itu jauh lebih penting, ketimbang we don't know what we do.
Bila hari ini kamu sedang berada dalam kondisi keotik, susah dan galau akan hidup. Lihatlah orang-orang sukses hari ini, mereka pun mengalami apa yang sedang kamu alami di masa lalu. Hidup diacuhkan orangtua, Steve Jobs mengalaminya. Hidup dalam kemiskinan, Lee Khasing mengalaminya. Bekerja keras dari usia belia, Warren Buffett mengalaminya. Atau kerja serabutan, Sanders melakukannya---bahkan Sanders sempat berkeinginan untuk bunuh diri.  

Jadi, jangan sedih untuk banyak hal, apalagi kalo lihat teman mu sudah sukses dan punya motor. Punya mobil. Punya rumah. Punya istri. Punya anak. Akan jauh lebih menyedihkan kalo kamu tidak punya akal sehat. Semua akan punya waktunya masing-masing. Punya timeline-nya. Punya kesempatan yang sama. Yang kemudian membuat berbeda adalah cara pandang dan kesempatan untuk melihat peluang tersebut menjadi kesuksesan. 

Sekarang, bagaimana dengan mu? What are you doing: Masih mau bersedih? Dan melihat timeline orang lain? -
-------------------
Catatan: Penulis merupakan seorang penjual buku di Kafeinbuku dan tulisan-tulisannya juga bisa kamu baca di Pigurafilm, Kompasiana dan Medium
-------------------


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka