Seseorang bertanya, apa pendapat beta tentang kondisi Afganistan hari ini? Beta langsung ajukan satu novel yang dulu 2015, Nai mengirimkannya dari Kalimantan Selatan ke Ambon, The Kite Runner. Novel itu seolah menggambarkan alasan mengapa banyak warga sipil Afghanistan hari ini berbondong-bondong lari ke Bandara dan hendak melewati perbatasan ke negara lain. Kekerasan yang pernah terjadi pada keluarga Ali dalam novel tersebut, menunjukkan bagaimana ketakutan merasuk dalam ingatan masyarakat rentan tahun 70-an hingga 2005.
Novel tersebut ditulis oleh seorang lelaki Afganistan yang keluarganya melarikan diri dan mencari suaka ke negara lain di Amerika. Dan The Kite Runner adalah salah satu novel yang mencoba mengingat luka tersebut.
Selain The Kite Runner, ingatan Beta juga membawa Beta ke sebuah novel pop anak muda, yang mengisahkan keluarga migran dari Afganistan ke Australia, novel tersebut Beta beli dengan harga diskon fantastis 10Ribu, selain Beta, Rudini juga memboyong novel ini sekitar tahun 2010. Dua mahasiswa kere yang nyari buku murah pada kala itu. Novelnya berkisah tentang problematika keluarga migran yang harus bertahan dengan tradisi budaya agama dan kehidupan di Australia pada awal-awal kedatangan mereka yang mengalami Shock Sindrom, salah satu yang bikin Beta ketawa dari novel ini adalah saat keluarga Jamila, enggan memakan Hot Dog, yang menurut dia orang Inggris punya budaya aneh dengan memakan Anjing Panas, Hot Dog. Dia menafsirkan dengan bahasa Australia terbata-bata saat menterjemahkan Hot yang berarti panas dan dog yang berarti Anjing. Hot dog artinya anjing panas. 🤣🤣🤣
Selian dua novel tersebut, ingatan Beta juga membawa ke tulisan perjalanan, Agustinus Wibowo, berjudul Selimut Debu. Ingatan Beta tentang tulisan Agustinus adalah soal patung Hindu yang di bom dan orang-orang Afganistan yang bermata hijau seolah batu permata
Ketiga buku tersebut membawa Beta melintas kehidupan orang Afganistan yang sebenarnya masih amat jauh dari penggambaran sebenarnya. Meski demikian, menurut hemat Beta, ketiga buku tersebut menyodorkan satu wajah bagaimana kehidupan di bumi para Mullah itu tumbuh dan berdiaspora keseantero belahan bumi baik di Benua Amerika, Eropa, Asia dan Australia untuk sebuah hal sederhana; Kedamaian hidup yang sulit didapatkan di negara mereka!
Bacalah, Lur. Bacalah!
---------------
Penulis merupakan seorang penjual buku di Kafeinbuku. Tulisan-tulisannya bisa kamu baca di Kompasiana, medium dan Pigurafilm.
---------------
Komentar
Posting Komentar