Langsung ke konten utama

SETAHUN KAFEINBUKU, MAAF BELUM BANYAK DISKON

Bulan Juni adalah bulan kelahiran Kafeinbuku. Setidaknya, sudah berjalan satu tahun umur Kafeinbuku. Semula proyek Kafeinbuku adalah proyek main-main, dengan semangat menjual buku yang saya baca dan sukai. Hampir semua buku yang dijual di Kafeinbuku adalah buku rekomendasi saya kepada teman dan kenalan.

Kafeinbuku lahir bukan tanpa sebab. Ia (Kafeinbuku) adalah penjewantaan dari keinginan-keinginan saya untuk bisa menjangkau teman-teman disekitar saya membaca lebih banyak buku bagus.

Kafeinbuku kemudian tumbuh, bukan lagi dengan pandangan buku yang saya suka. Namun, tumbuh kepada buku apa yang mereka sukai pula. Tentu yang bisa dijangkau Kafeinbuku. Kafeinbuku jadi semacam jembatan yang menghubungkan buku dengan pembacanya. Setiap buku akan menemukan pembacanya yang baik.

Meski belum memiliki karyawan. Saya percaya, bahwa kerja-kerja ini kelak akan punya hasil dengan memperkerjakan orang lain. Ada yang diberdayakan. Ada yang bisa bermanfaat. Dan rasanya, Kafeinbuku di satu tahun berjalan ini, Kafeinbuku sama sekali tidak merayakannya dengan tepuk tangan, tiup lilinnya atau potong kuenya. Tidak. Belum ada keuntungan yang signifikan dari Kafeinbuku. Banyak buku yang masih belum dibayar oleh pembeli. Pun putaran keuangan Kafeinbuku masih jutaan, belum belasan juta. Semoga di satu tahun Kafeinbuku buku ini. Kita bisa sama-sama bersinergis untuk lebih menyukai dunia membaca, ketimbang harus bergosip. 

Maaf, Kafeinbuku belum banyak beri diskon. Atau pilihan buku-buku alternatif dalam jumlah banyak dan beragam untuk dinikmati oleh lebih banyak orang (bukan lagi teman, kenalan, namun siapapun yang berkeinginan membaca buku), dan mungkin juga kamu. Ya, kamu!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka