Langsung ke konten utama

STEVE JOBS DI UMUR 30 TAHUN

Diusianya yang ke-30 tahun. Steve Jobs dikeluarkan dari perusahannya sendiri, Apple Computers. Pada saat itu, dia mengatakan bahwa dia punya banyak waktu luang untuk mengumpulkan titik-titik yang dia perlukan di masa depan. Dan betul saja, pada usia 30 tahun tersebut dan saat dikeluarkan dari perusahaan miliknya sendiri oleh dewan direksi, Steve Jobs pada akhirnya membuat perusahaan kecil bernama Pixar Animasi Studio dan next.S

Seringkalititik balik seseorang dimulai saat dia jadi pengangguran dan punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal. Dan Steve Jobs, melakukannya. Jauh sebelum, dia kemudian menciptakan hp bermerek iPhone, leptop bermerek sama dan seperangkat alat lainnya yang bisa kamu nikmati sekarang. Jobs, di usia 30 tahun tersebut adalah pengangguran. Pada titik itu kita semua sepakat.

Fase menganggur dan Steve Jobs adalah fase di mana dia lebih banyak mengarahkan waktu, perhatian dan fokus pada hal-hal detail untuk digarap dengan cukup baik. Fase nganggur adalah tahapan seseorang untuk berhenti sejenak dari ritme rutin yang dijalaninya dan mulai berbenah untuk hal-hal baru dan kaya inovasi. Dan pada hal ini, Jobs memaksimalkan hal tersebut dengan baik.

Apa yang dialami Jobs, boleh jadi pula bisa menimpa siapa saja dalam kehidupan karirnya. Dan pada tahapan itu, berhentilah untuk menggerutu, memelas dan menyalahkan orang lain. Bangkit dan mulailah lihat potensi dirimu. Bangkit dan tunjukkan kamu tidak mati bila dipecat, bila difitnah, bila dicampakkan oleh rekan dan atasan. Kamu lebih bernilai dari semua itu.

Jadi, sudahkah kita bersiap pengguran dan mengumpulkan "titik-titik" yang dikatakan Steve Jobs, untuk masa depan? Bila seandainya kamu dipecat -



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN BUGIS DAN SEPIRING NASI KUNING-

Di kepala saya, saat menyebutkan nasi kuning, entah mengapa yang tergambar dibenak saya adalah seorang perempuan bugis dengan tangan halus menanak nasi. Entah mengapa pula, wajah seorang perempuan Bugis begitu melekat dibenak saya bila menyebut nasi kuning. Tampaknya, imaji perempuan yang halus wajahnya, yang putih kulitnya, yang merah merekah bibirnya dan hitam rambutnya-diikat ke belakang telah melekat dibenak saya. Semenjak kecil, hanya nasi kuning perempuan Bugislah yang seolah melekat seperti halnya prangko yang menempel di selembar surat. Saat membuat nasi kuning, mereka seolah memiliki resep rahasia. Di balik lembut tangan halus perempuan Bugis, terdapat rahasia masakan. Bila orang Padang membanggakan Barandang Bundonyo, dan menjadi tumpuhan kerinduaan dan kenangan bila di rantau. Maka, yang di kenang dari perempuan Bugis adalah sepiring nasi kuning. Tak begitu jelas, apakah yang memperkenalkan nasi yang berwarna kuning ke Maluku merupakan perempuan-perempuan Bugis, ataukah buka

Lucifer, Uang, Bank dan Hutang

Buku karya Lucifer, "Di ambang Kehancuran terbesar ekonomi: Masa lalu Uang dan Masa depan Dunia" terbitan Pustaka Pohon Bodhi, 2007. Menjelaskan bahwa dongeng 5% bunga yang telah digadang-gadang pada tahun 1024 di Inggris dengan digantikannya uang emas oleh uang kertas dan koin pada akhirnya mengubah banyak hal utamanya prespektif manusia akan alat tukar tersebut dan masa depan yang diyakini akan sedikit berbeda. Lucifer, memberitahu bahwa, saat uang kertas dan koin sudah begitu berharga. Manusia sudah begitu terbuai dan bergantung pada uang kertas dan koin, pada akhirnya, uang tersebut akan digantikan dengan bentuk uang digital. Di mana manusia, tidak lagi menggunakan uang kertas dan koin sebagai bentuk transaksi. Bagi Beta, buku yang diterjemahkan oleh Alwie pada 2007 ini cukup menarik. Setidaknya, Lucifer sedang memberitahukan sebuah informasi penting tentang masa depan akan seperti apa. Singkat kata, uang kertas dan koin akan diubah sistemnya, di mana semua itu telah dire

PULANG RANTAU DAN PERTANYAAN YANG SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI DITANYAKAN DI ZAMAN SEKARANG -

Bila kamu pulang kampung lalu ada orang tanya ke kamu, "sudah nikah, blm?", "Kerja di mana?", "Punya rumah berapa?" "Anak sudah berapa?" Percayalah, bahwa orang yang bertanya semestinya tinggal dikisaran tahun 1980-an. Dan abadi di sana. Pertanyaan untuk orang merantau sekarang bukan itu, tapi "apa cerita perjalanan mu di rantau?", "Kuliner di sana gimana?", "Kalo dilihat-lihat potensi pekerjaan apa yang rasanya bagus dikembangkan di sana?", "Kehidupan sosial di sana menurutmu gimana?" Itu jauh lebih menyenangkan untuk didengarkan ketimbang cerita soal punya apa di daerah rantau dan pulang pura-pura jadi orang kaya dadakan, jadi senter clas, padahal hidup di rantau belum tentu bahagia, belum tentu juga mudah, ada tuntutan hidup dan gaya hidup yang seringkali terabaikan untuk kita cermati 😁😁 Kita semestinya sudah menanggalkan pertanyaan Materialisme, tentang punya apa, ke pengalaman sosial (social experien